Cahaya putih yang
jika dilewatkan bidang prisma, maka akan terdispersi menjadi spektrum cahaya.
Nah, begitu pula dengan cahaya matahari. Cahaya ini setelah masuk melewati
atmosfer bumi, akan terdispersi menjadi berbagai macam panjang gelombang.
Masing-masing panjang gelombang ini akan muncul sebagai berbagai macam warna
seperti warna pelangi.
Setiap warna
dipancarkan pada ketebalan prisma yang berbeda. Panjang gelombang yang tinggi
jika ditangkap oleh mata akan terlihat sebagai warna merah, orange, dan kuning.
Sedangkan panjang gelombang yang rendah dikenali oleh mata sebagai warna biru,
ungu, dan hijau.
Warna-warna yang
memiliki panjang gelombang tinggi tadi akan diteruskan secara lurus sedangkan
warna-warna yang panjang gelombangnya rendah akan disebarkan ke segala arah.
Itulah mengapa warna biru menjadi dominan di langit karena warna biru dari
cahaya matahari disebarkan ke segala arah. Peristiwa tersebut dinamakan Rayleigh
scattering. Menurut Rayleigh, cahaya yang memiliki panjang gelombang
rendah akan memiliki intensitas perpendaran yang lebih besar.
Ketika senja
menjelang, langit akan berubah warna menjadi merah kekuningan. Hal ini terjadi
karena posisi matahari yang tadinya tepat di atas kita berubah menjadi serong
sehingga jarak pandang kita juga berubah.
Karena jarak yang
berubah ini, maka ketebalan atmosfer yang ditembus cahaya matahari hingga ke
mata kita juga bertambah tebal. Atmosfer bumi kita dapat dianalogikan seperti
prisma yang akan meneruskan cahaya dengan warna tertentu pada ketebalan
tertentu.
(http://sains.me/459/rahasia-langit-dan-laut-berwarna-biru.html/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar